Di tengah keberadaan tata rias pengantin modern, tata rias tradisional tetap mendapatkan tempat di masyarakat. Buktinya adalah, Sirih di Dahi yang merupakan Ciri Khas Adat Pengantin Sunda. 

Kemajuan di berbagai bidang boleh saja menjadi bagian dari modernisasi. Meski demikian, hal tersebut tak melunturkan akar kebanggaan terhadap pelestarian budaya, salah satunya keberadaan tata rias pengantin adat Sunda.

Menariknya, walau zaman terus berkembang, namun tak mengubah ciri khas riasan pengantin Sunda. Secara beriringan, rias pengantin Sunda modern dan tradisional tetap berjalan bersama. Perbedaannya, untuk tata rias pengantin budaya Sunda modern dan tradisional terlihat dari pemakaian bunga pada riasan wajah. 

“Untuk budaya Sunda sendiri tata riasnya jarang diubah menjadi modern, karena budaya Sunda sangat kental dengan riasan tradisionalnya,” tutur Reita Giadi, spesialis penata rias pengantin.

Lebih lanjut, Reita menjelaskan bahwa perbedaan tata rias tradisional dan modern pada adat Sunda lebih kepada penambahan aksesori. Pada tata rias modern, biasanya mereka tidak memakai bunga panjangnya yang disebut mangle. Sementara untuk bagian riasan sendiri tidak terlihat perbedaan yang signifikan.

Sedangkan untuk tata rias tradisional warna kulit terlihat lebih kuning langsat, sedangkan eye shadow harus hijau karena memang sudah pakemnya dari dulu. Sedangkan di riasan modern adat Sunda, hal tersebut bergantung pada si penata rias yang bersangkutan.

“Riasan modern di adat Sunda lebih tergantung pada si make-up artist yang akan mengaplikasikan warna apa saja bisa dilakukan,” tambahnya.

Selain itu, keunikan lain dari tata rias pengantin adat Sunda, yaitu adanya sirih di bagian dahi sebagai tanda penolak bala dan ada kembang turi pada bagian cambang di mana pada riasan modern tidak mengenakan item tersebut.

Seharusnya memang seperti itu. Tradisi modern boleh berkembang, tetapi tradisi tradisional jangan sampai ditinggalkan. Kita yang muda harus menjaga dan melestarikannya. MERDEKA!!

Sumber: Okezone